Minggu, 22 April 2012

Dokter Yuni Tidak Persoalkan Perlakuan Densus 88




Mataram, SE
Dokter gigi Yuni Ardie (46), yang ditangkap bersama Kam, di Kota Bima, Nusa Tenggara Barat, 13 April 2012, mengaku tidak mempersoalkan perlakuan Tim Densus 88 Mabes Polri yang menangkapnya di jalanan.
“Tidak masalah bagi saya, saya pahami polisi menggunakan Undang Undang Teroris, sehingga menangkap orang yang diduga dengan cara apapun, kemudian surat penangkapannya menyusul. Tidak ada masalah,” kata Yuni yang dihubungi dari Mataram, Minggu malam.
Yuni sempat menjalani pemeriksaan intensif di Mabes Polri semenjak ditangkap di Kota Bima. Ia sempat jadi terduga menyembunyikan buronan teroris sehingga dikait-kaitkan dengan jaringan terorisme, namun akhirnya dilepas karena tidak cukup bukti untuk menjeratnya.
Drg Yuni tiba di Bandara Sultan Muhammad Salahuddin Bima, Minggu (21/4) siang, dan dijemput sanak keluarganya. Bahkan ibundanya sengaja datang dari Jawa Timur untuk menjemputnya di Bandara Bima itu.
Sebelumnya, Drg Yuni ditangkap Tim Densus 88 Mabes Polri, ketika bersama rekan kerjanya Kam, tengah berkendaraan di Jalan Melati, Kota Bima, dari kediaman Drg Yuni hendak menuju Masjid Raya Bima untuk Salat Jumat. Jarak dari kediaman Drg Yuni ke Masjid Raya itu, sekitar 200 meter.
Hingga kini, Kam masih dalam pemeriksaan intensif di Mabes Polri. Ia teridentifikasi terlibat dalam sejumlah aksi terorisme, termasuk dengan jaringan terorisme Cikampek, Jawa Barat.
Kam teridentifikasi pernah mengikuti pelatihan terorisme di Aceh, dan dikenal sebagai ahli persenjataan. Ia dikabarkan juga terlibat dari aksi terorisme di Poso, yang kabur kemudian bersembunyi di Bima, NTB.        
Yuni mengatakan, ia telah memenuhi prosedur pemeriksaan yang diberlakukan Tim Densus 88 Mabes Polri, terhadap seseorang yang diduga terlibat teroris.
Ia merasa diperlakukan secara wajar selama dalam proses pemeriksaan, tidak pernah disiksa atau diperlakukan kasar. Bahkan, diberi makan dan tempat tinggal yang layak.
Yuni pun mengaku telah menjelaskan kronologi perkenalan dengan Kam hingga dipekerjakan sebagai staf di tempatnya melakukan praktek kedokteran gigi.
“Saya hanya mempekerjakan orang itu di tempat praktek. Dia datang minta kerja, saya lihat orangnya baik maka saya pekerjakan dia. Saya tidak tahu masa lalunya, dia ngaku berasal dari Jakarta,” ujarnya.
Yuni pun mengaku tidak menyangka Kam yang bekerja sebagai stafnya sejak tiga bulan lalu itu, teridentifikasi terlibat jaringan terorisme.
Drg Yuni sendiri telah menjadi bagian dari penduduk Kota Bima sejak sekitar lima hingga tujuh tahun lalu, dan selama di daerah itu ia menjalani profesi dokter gigi yang membuka praktek di Jalan Soekarno-Hatta, Kota Bima, kemudian pindah lokasi ke kediamannya di Kelurahan Pane, Kecamatan Rasa Na’e Barat, Kota Bima. (ant)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar